Perenungan Dari Pangkalan Bun...

Baca Juga

Walau ga kenal secara langsung, tapi facebook memperkenalkan Bunda dengan seorang guru kimi dari Borneo bernama fb Urip Kalteng... Karena tertarik dengan ststus2nya yang penuh semangat dan inspiratif, Bunda mengajukan pertemanan dengan beliau, dan alhmadulillah di konfirm

Tepat tanggal 7 April ini, Bunda sangat-sangat terkesan dengan rangkaian status beliau, dan dengan niat baik Bunda ijin ke beliau via inbox untuk posting tulisan beliau di blog Bunda ini, Alhamdulillah tanggapan beliau sangat bai, akhirnya jadilah status beliau Bunda posting hari ini

Inilah balasan ramah beliau "Wassalamualaikum w.w. Ok dipersilahkan bunda. Itu keadaan asli ditempat saya. Jangankan jd guru yg hebat, standar minimalis aja banyak yg belum bisa memenuhi. Wass"

Berikut rangkaian status beliau utuh, tanpa editing, semoga ini bisa menjadi inspirasi lebih banyak orang yang berkecimpung didunia pendidikan...

Sungguh masuk orang yang tidak bersyukur, kl jd orang tidak amanah menjalankan tugas kerja, lebih-lebih seorang guru (apalagi berstatus pns) melalaikan tugas yg dipercayakan padanya. Gaji diterima penuh untuk menghidupi diri dan keluarganya, tetapi kinerja tidak jg membaik. Mengambil ukuran diri pd org berkinerja jelek, karena pimpinan tak tegas.

Sy jg guru, suka bandel juga, alias bukan guru yg baik. Tapi beban tugas mengajar untuk memberikan yg terbaik itu jadi obsesi diri. Siswa adalah segalanya bagi guru. Kasihan mereka sampai tidak kita layani dgn baik. Semua itu bukan karena siapa2 tapi kita sudah terlanjur janji untuk mau mengabdi. Mari...
Seorang kepala sekolah tak bisa berkutik menghadapi guru yg semestinya tahu tugas, tanggung jawab dan kewajibannya, ketika guru malas mengajar. Dalih malas mengajar karena guru2 itu membandingkan dgn guru sering bolos seolah tidak ditegur. Kalau ia menegur tak mempan akibatnya guru lain juga malas. Korbannya siswa. Kl sudah begitu?!
Kebijakan pemerintah (mungkin pejabat daerah) yg tidak bisa mengatur penempatan pegawai berdampak menumpuknya guru tertentu berlebih, akibatnya guru2 tsb ingin sekali pindah ke tempat yg 'enak'. Begitu tidak dituruti pindah maka pegawai tersebut mbalelo, sering mangkir tanpa alasan logis. Ini berdampak lebih lanjut pada guru lain, yg kebanyakan orang2 'irian'. Siswalah korbannya.
Mental guru yg buruk tak kan pernah memikirkan bagaimana siswa bisa terlayani belajar dgn baik. Melaksanakan tugas hanya sekedarnya, apalagi kl supervisi tidak pernah ada. Ujian pun jarang mereka koreksi dgn benar. Feedback dari hasil ujian tidak pernah diambil untuk memperbaiki kinerja diri dan siswanya. Alhasil hancuah sekolah itu.
Memang saran, nasehat dari siapapun kl sudah tidak suka dgn orang yg beri nasehat pasti nasehat itu tak berguna. Subyektivitas diri lebih mengemuka, efeknya membuat segalanya tidak akan membaik. Produktivitas diri tak berubah lebih baik, kinerja hancur. Pikiran2 tertutup hanya bisa terbuka kl mereka dapat hidayah dari Tuhan. Perlu teguran keras dari Tuhannya.
Jika kondisi sekolah, terutama guru2nya tidak kondusif untuk mengajar, sebaiknya perlu dikembalikan, disadarkan ke khitah tugas guru ya. Bila perlu dilakukan 'pencucian pikiran/otak' perlu format ulang. Tapi terlalu sadis nadanya. Diperlukan pimpinan bertangan besi tapi berhati lembut.
Jaman sekarang ternyata masih ada guru yg malas ngajar. Kalau sy jadi bosnya sudah sy depak kl tidak mau dinasehati. Untung bukan saya. Pemerintah sudah saatnya memberikan kewenangan pimpinan untuk 'menghadiahi' guru yg kerjanya tidak beres. Tidak cukup hanya DP3 saja. Hem DP3 slama ini toh formalitas sj.
Taring kepala sekolah tidak menakutkan. Meskipun punya kewenangan menyetop tunjangan profesi nyatanya dgn kinerja buruk tunjangan itu ngalir begitu sj ke rekening guru tsb. Sungguh runyam sistem kepegawaian di sini. Sudah saatnya kepala sekolah dijadikan 'pejabat' tidak sekedar tugas tambahan bagi seorang guru saja.
Kepala sekolah yg tidak memiliki visi dan misi yg jelas ternyata akan menjadikan sekolah itu berjalan tak terukur. Jalan ditempat dan pincang-pincang. Ini adalah tulisan sy yg bukan dan belum pernah jadi kepala sekolah. Apakah mereka tidak pernah diajari manajemen persekolahan? Atau tidak mau melaksanakan?
Di instansi daerah saya kerja, selama ini belum pernah ada tes calon kepala sekolah, apalagi pelatihan calon kepala sekolah. Yg jadi kepala sekolah adalah mereka2 yg mau saja. Atau yg ada kedekatan dgn pihak tertentu. Sy pernah ditawari jadi kepala sekolah begitu sj, tapi sy merasa tak sanggup. Sepertinya dgn cara itulah kepala sekolah di rekrut, hasilnya?!
Jika pola rekrutmen seenaknya begitu, hasilnya pasti tidak bisa optimal, bahkan cenderung kacau. Suatu ketika ada sekolah karena tidak ada kader yg layak untuk diangkat jd kepala sekolah, maka serampangan ngangkat guru untuk jd kepala. Alhasil sekolah itu bener2 berantakan. Penerimaan siswa tahun berikutnya hanya 3 orang siswa. Itu sekolah negeri. Tidakkah itu cukup jd pelajaran?!
Sekali lagi manajemen yg kacau di level wilayah sampai level sekolah sangat merugikan siswa. Penyadaran akan tanggung jawab sebagai guru dgn amanah mulya sangat diperlukan. Pelatihan yg menyentuh hati sangat dibutuhkan dan diintensifkan. Bukan hanya pelatihan formal yg sekedarnya. Guru... Di mana nurani MU? Masih adakah?! ( catatan 7 April 2011)

Bunda Linda

Blog ini berisi warna-warni pelangi seputar dunia anak dan rekan yang mewarnai hari-hari Bunda, Insyaallah banyak hal yang bisa kita petik dari dunia dan tingkah polah anak-anak yang seruuuu

Posting Komentar

Silakan poskan komentar

Lebih baru Lebih lama