"Untung Ada Corona", Kegigihan Guru di Tengah Pandemi

Baca Juga


PEKANBARU -- Linda menutup pintu kelas VI Pakistan, kelas di mana ia menjadi  wali kelas. Hari itu Jumat 13 Maret 2020 hari terakhir ia mengajar tatap  muka dengan murid-muridnya di SD Al Ulum, Pekanbaru, setelah Wali Kota Pekanbaru, Firdaus MT melalui Kepala Dinas Pendidikan mengistruksikan mulai dari tanggal 16 sampai  30 Maret mengalihkan sistem belajar dari tatap muka di dalam kelas ke belajar yang dapat dilakukan di rumah.

"Bisa belajar sementara di rumah, ini sebagai antisipasi penyebaran virus  Corona. Dan mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik menghadapi  situasi seperti ini dan selalu menjaga hidup bersih dan sehat, serta menjaga stamina agar selalu kuat," kata Firdaus, Ahad (15/3/2020).

Linda belum tahu apa yang akan dilakukannya dengan kebijakan pemerintah itu. Belum terkilan di kepalanya, bagaimana melakukan pembelajaran dari rumah kepada murid-muridnya di rumah masing-masing. Sejak berkarir sebagi guru duapuluh tahun silam ia terbiasa mengajar tatap muka. Berinteraksi langsung dengan murid-muridnya. Bisa merasakan bagaimana suasana hati murid-muridnya ketika mengikuti pelajaran, hingga dengan begitu ia bisa tahu cara menghadapinya, menyelesaikan kendala yang dialami masing-masing mereka. 

Sekarang tiba-tiba semuanya berubah. Perubahan yang tak pernah terbayangkan olehnya. 

Belajar di rumah yang direncanakan pemerintah hanya limabelas hari akhirnya berlanjut berbulan-bulan. Hingga sekarang.

“Yang kepikiran waktu itu, bagaimana mengamankan diri dari virus Corona. Berita dan informasi tentang Corona rasanya sangat menakutkan, tapi rasanya sedih harus menghentikan belajar di sekolah," tutur wanita dengan dua anak yang juga masih bersekolah ini.

Tapi instruksi pemerintah harus dipatuhi. SD Al Ulum, sekolah swasta berbasis Islam dengan ratusan murid-muridnya ini pun mengikuti kebijakan pemerintah. Guru-guru diminta melakukan usaha semaksimal mungkin untuk menjalankan pembelajaran jarak jauh.

Sayangnya, kata Linda, ia dan umumnya para guru tak begitu paham dan familiar dengan teknologi internet. Di awal pembelajaran dari rumah itu semuanya serba gelap. "Paling yang kita tahu komunikasi via WhatsApp. Tapi itu pun tak begitu ngerti juga gimana dipakai untuk ngajar," ujarnya.

"Memang sih bisa powerpoint, tapi yang standar aja. Sekarang sudah bisa powerpoint animasi dan interaktif yang menarik," tukuknya.

Untung dengan aplikasi zoom meeting, Google Classroom kendala itu bisa diatasi. Pembelajaran jarak jauh pun akhirnya dapat dilakukan. Meski  terbata-bata menggunakan kecanggihan teknologi informasi itu, ia dan teman-teman sesama guru mencoba sebisanya.

Namun menggunakan aplikasi calssroom atau Zoom Meeting rupanya tak cukup hanya dengan sekadar memakai saja. Ia dan teman sesama guru stres bagaimana agar pembelajaran bisa menjadi menyenangkan dan murid dapat mengikuti layaknya mereka bersekolah seperti waktu sebelum pandemi. Ternyata, aku Linda, dibutuhkan hal lain untuk mendukung bagaimana  pembelajaran bisa berjalan efektif. DI awal, diakuinya murid-murid banyak yang tak sabar dan ingin melakukan belajar atap muka saja. Begitu pun orangtua, banyak mengalami kendala karena tak terbiasa menghadapi situasi seperti ini.

"Saya berusaha sampaikan kepada anak-anak kenyataan yang terjadi saat ini. Tidak hanya di Pekanbaru, tapi seluruh dunia. namanya anak-anak kan informasi yang diterima tidak memadai, hingga tak paham bagaimana situasi sebenarnya. Pelan-pelan akhirnya ngerti juga," jelas Linda.

Diakuinya, awalnya kesulitan bagaimana melakukan pembelajaran tanpa bantuan alat peraga seperti biasanya ia lakukan di kelas luring. Bahkan banyak rekan-rekannya sesama guru yang sampai menangis dan karena stress setiap kali akan menjalani pembelajaran daring.

Linda yang tak banyak paham dan jarang bersentuhan dengan teknologi seperti powerpoint, membuat video, dan lain-lain, akhirnya memaksaanya untuk belajar secara cepat.

"Saya belajar gimana bikin power point, bikin video pembelajaran. Belajarnya dari internet juga, youtube. Gimana bikin animasi, bikin video pembelajaran, dan akhirnya bisa. Bisa karena dipaksa. Untung ada pandemi, kalau enggak, kami guru-guru mungkin terus aja gaptek, he he he," katanya tertawa.

Singkatnya, tak butuh waktu lama, kini LInda sudah menguasai cara membuat powerpoint yang menarik. Ia juga sudah mahir membuat beragam video pembelajaran. Ujungnya, ia pun didaulat untuk menularkan ilmu yang baru saja ia dapat kepada koleganya sesama guru.  

Pada Agustus dan awal Oktober ini SD Al Ulum Islamic School menggelar Focus Group Discussion (FGD)  dan pelatihan meningkatkan kemampuan penguasaan pembelajaran berbasis internet. Linda didaulat memberikan pelatihan.

Kegiatan yang dikemas dalam focus group disscussion (FGD) ini bertujuan untuk menghadapi metode belajar daring  atau pembelajaran jarak jauh melalui internet selama pandemi Covid-19. Acara digelar di sekolah tersebut sejak siang hingga sore, diikuti para guru termasuk orangtua murid.

Linda membeberkan bagaimana teknik memanfaatkan sarana teknologi  berbasis internet yang saat ini banyak digunakan untuk pembelajaran  daring.  Seperti Google Classroom,  Powtoon dan Powerpoint animasi,  video pembelajaran yang menarik dan sebagainya.  Peserta juga diajarkan membuat konten-konten  pembelajaran,  khususnya matematika yang menyenangkan bagi siswa.

"Di sini kita mengajak para guru bagaimana misalnya membuat konten video pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan kecanggihan berbagai aplikasi yang tersedia di internet," kata Bunda Linda,  sapaan akrabnya. Ia juga membuat materi bagaimana menjalankan protokol kesehatan bagi murid-muridnya.

"Setiap pertemuan kelas daring kita selalu ajak anak-anak untuk patuhi 3M. Berhati-hati agar tak tertular Corona. Tapi jangan patah semangat belajar," ungkapnya.

Diakui Bunda Linda,  nilai positif dari  kondisi pandemi ini adalah,  para guru termasuk anak dan orangtua murid dipaksa meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi informasi.  Juga,  memaksa guru untuk lebih kreatif mengembangkan kemampuan mengajarnya.

"Benar-benar dipaksa," ulasnya.

Para peserta terlihat antusias mengikuti pelatihan dan bersemangat untuk mendapatkan ilmu baru dalam teknik pembelajaran menggunakan fasilitas internet.



Salah seorang peserta Ustadzah Siska mengaku senang dan bersyukur kegiatan ini bisa diselenggarakan SD Al Ulum Islamic School.

"Alhamdulillah, kita semua telah mengikuti kegiatan FGD dan pelatihan ini.  Di mana dalam kegiatan ini kita mendapatkan ilmu-ilmu baru. Ada ide-ide baru untuk memberikan pelayanan bagi anak-anak kita dalam membuat bahan ajar yang menyenangkan," ujarnya.

Terlebih dalam masa pandemi ini, kata Siska,  anak-anak belajar di rumah tidak seperti biasa tatap muka tetapi melalui media Classroom virtual.

"Tetapi tetap bisa mengikuti pelajaran dengan serius dan menyenangkan," ucap Ustadzah Siska.

Sementara itu Kepala Sekolah SD Al Ulum Islamic School,  Dasmiati Pribadi SPd mengatakan, dengan training dan FGD ini para berupaya mencari terobosan baru.  Mengidentifikasi permasalahan yang ditemui dari anak dalam menguasi pelajaran. "Kita berusaha mencari inovasi media pembelajaran yang menarik, " tutur Mam Des,  begitu Kepsek ini biasa disapa.

Ia menyebut, sekolah tetap mengutamakan keselamatan siswa  dari risiko penularan pandemi Covid-19. Kepada murid pada setiap pertemuan tetap disampaikan agar mematuhi protokol kesehatan, yakni 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir (Eka Satria)


Sumber: UbahLaku.id


Bunda Linda

Blog ini berisi warna-warni pelangi seputar dunia anak dan rekan yang mewarnai hari-hari Bunda, Insyaallah banyak hal yang bisa kita petik dari dunia dan tingkah polah anak-anak yang seruuuu

Posting Komentar

Silakan poskan komentar

Lebih baru Lebih lama